Genetika merupakan faktor yang menentukan rupa dan tingkah laku Anda
dalam tingkat yang besar, meski faktor lingkungan juga memainkan peran
penting.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa persepsi rasa juga ditentukan
oleh genetika, terutama dalam mendeteksi senyawa pahit. Mampu mendeteksi
rasa pahit di beberapa makanan, seperti kubis Brussel, sering
mempengaruhi Anda dalam hal menyukai makanan itu atau tidak. Namun,
menyukai makanan tertentu tidak hanya didasarkan pada faktor selera,
citra, status, biaya, tetapi juga efek kesehatan.
Apa itu Rasa?
Persepsi rasa adalah salah satu dari lima indra utama dan mengacu pada
kemampuan untuk mendeteksi rasa senyawa dalam makanan. Anda menerima
sensasi rasa dari lidah, yang terletak pada bagian ujung, atas, dan
belakang mulut Anda. Lima sensasi rasa dasar yakni manis, pahit, asam,
asin dan gurih.
Lidah sebenarnya hanya memberikan kontribusi pada sensasi rasa.
Namun, untuk menyukai suatu makanan juga dipengaruhi faktor-faktor
seperti tekstur, suhu, pedas dan aromanya. Rasa makanan biasanya akan
menentukan apakah Anda menyukainya atau tidak, tetapi unsur-unsur budaya
juga sering mempengaruhi. Sebagai contoh, brokoli dianggap mencicipi
suatu yang pahit, tetapi mungkin akan disukai karena faktor kesehatan,
murah dan teksturnya yang renyah. Lalu, telur ikan Kaviar biasanya
dianggap cukup asin, tetapi makanan ini sering dimakan demi status,
karena harga yang cukup mahal.
Rasa Pahit
Persepsi rasa pahit adalah faktor paling penting untuk tidak menyukai
makanan, meski tekstur dan rasa asin juga berperan penting. Beberapa
orang masih bisa menikmati makanan yang sedikit pahit, tetapi kebanyakan
tidak bisa mentolerir makanan yang sangat pahit. Namun, makanan pahit
bisa dirasakan berbeda tergantung pada genetika Anda.
Penelitian telah membuktikan bahwa kepahitan itu tergantung pada
versi gen reseptor-rasa yang Anda miliki, menurut jurnal Advanced
Nutrition and Human Metabolism. Ada perkiraan sekitar 25 gen
“rasa-pahit” berbeda pada orang, yang bisa mendeteksi berbagai kelompok
bahan kimia. Gen-gen ini bisa diaktifkan pada sebagian orang. Jadi,
seseorang bisa merasakan buah anggur dengan rasa sangat pahit, sementara
orang lain bisa menikmatinya dengan enak. Menariknya, makanan pahit
yang berbeda bertindak melalui reseptor yang berbeda, sehingga Anda
mungkin membenci jeruk, tetapi bisa menikmati kubis Brussel.
Rasa Manis
Kebalikan dari pahit, rasa manis mungkin adalah faktor yang paling
penting untuk menyukai suatu makanan, itulah sebabnya mengapa begitu
banyak orang menikmati kue, biskuit dan makanan penutup. Sejumlah gen
juga terlibat untuk mendeteksi rasa manis, tetapi gen ini tidak diteliti
lebih dalam seperti gen rasa-pahit.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal edisi 2000 Journal of American Dietetic Association
menemukan adanya hubungan antara pengukuran selera genetik untuk
konsumsi makanan manis dan tinggi lemak yang berbeda pada wanita dan
pria.
Hasilnya, keinginan untuk konsumsi makanan manis dan tinggi lemak
menurun, dengan meingkatnya rasa pahit yang dirasakan pada wanita.
Sedangkan pada pria, yang menyukai makanan manis dan tinggi lemak tidak
terpengaruh oleh kepahitan. Secara normal, rasa pahit dan manis menjadi
oposisi di otak, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa genetika dan
gender berkontribusi secara signifikan terhadap persepsi rasa. (jay)
dikutip dari:
http://duniafitnes.com/health/genetik-pengaruhi-ketertarikan-pada-makanan.html